300x300

Wednesday, November 23, 2011

Misteri “Syi’ir Tanpo Waton” Gus Dur


    Malam itu, selepas maghrib, ibu-ibu jama'ah Muslimat berdatangan ke rumah salah satu warga di RT 01 RW 06 Kelurahan Dinoyo, Malang, Jawa Timur. Mereka akan mengikuti pembacaan Yasiin dan Tahlil bulanan.

    Sambil menunggu semua jama'ah hadir, seorang ibu mengambil micrphone dan mulai melantunkan bacaan shalawat yang mereka sebut dengan Shalawat Gus Dur. Segera setelah itu semua jamaah yang telah hadir turut bershalawat. Lantunan shalawat ini menjadi penanda akan dimulainya kegiatan.
    Di daerah Malang dan sekitarnya, Shalawat Gus Dur, atau dinamakan Syi'ir tanpo Waton, syair tanpa judul, ini sekarang sedang populer. Shalawat ini dibaca dalam acara-acara kegamaan seperti tahlilan, tasyakuran, lailatul ijtima', bahkan dalam rapat-rapat organisasi dan pertemuan ibu-ibu arisan.  Banyak warga yang hapal di luar kepala, meski syair ini agak panjang.
    Mungkin bukan hanya karena kandungan syairnya yang sangat mendalam, namun karena dilantunkan dengan lagu yang merdu dan menyayat hati. Beberapa orang mengaku merinding mendengarnya. Dimulai dengan bacaan istighfar, lalu diikuti bacaan Shalawat, dan dilanjutkan dengan bait-bait syair dalam bahasa Jawa yang cukup bagus, dan ditutup dengan bacaan shalawat lagi, berikut ini:

    Astaghfirullah rabbal baroya
    Astaghfirullah minal khotoya
    Robbi zidni ‘ilman nafi'a
    Wawafiqni amalan sholiha

    Yarasullah... Salamun alaik
    Ya rafi'a syani wadaraji
    Athfatayyaji ratal ‘alami
    Ya uhailalju diwal karomi

    Ngawiti ingsun nglaras syi'iran
    Kelawan muji maring Pengeran
    Kang paring rohmat lan kenikmatan
    Rino wengine tanpo pitungan

    Duh bolo konco priyo wanito
    Ojo mung ngaji syareat bloko
    Gur pinter ndongeng nulis lan moco
    Tembe mburine bakal sengsoro

    Akeh kang apal Qur'an Haditse
    Seneng ngafirke marang liyane
    Kafire dewe dak digatekke
    Yen isih kotor ati akale

    Gampang kabujuk nafsu angkoro
    Ing pepaese gebyare ndunyo
    Iri lan meri sugihe tonggo
    Mulo atine peteng lan nisto

    Ayo sedulur jo nglaleake
    Wajibe ngaji sak pranatane
    Nggo ngandelake iman tauhide
    Baguse sangu mulyo matine

    Kang aran sholeh bagus atine
    Kerono mapan seri ngelmune
    Laku thoriqot lan ma'rifate
    Ugo haqiqot manjing rasane

    Al Qur'an qodim wahyu minulyo
    Tanpo tinulis biso diwoco
    Iku wejangan guru waskito
    Den tancepake ing jero dodo

    Kumantil ati lan pikiran
    Mrasuk ing badan kabeh jeroan
    Mu'jizat Rosul dadi pedoman
    Minongko dalan manjinge iman

    Kelawan Alloh Kang Moho Suci
    Kudu rangkulan rino lan wengi
    Ditirakati diriyadohi
    Dzikir lan suluk jo nganti lali

    Uripe ayem rumongso aman
    Dununge roso tondo yen iman
    Sabar narimo najan pas-pasan
    Kabeh tinakdir saking Pengeran

    Kelawan konco dulur lan tonggo
    Kang podho rukun ojo dursilo
    Iku sunahe Rosul kang mulyo
    Nabi Muhammad panutan kito

    Ayo nglakoni sakabehane
    Alloh kang bakal ngangkat drajate
    Senajan asor toto dhohire
    Ananging mulyo maqom drajate

    Lamun palastro ing pungkasane
    Ora kesasar roh lan sukmane
    Den gadang Alloh swargo manggone
    Utuh mayite ugo ulese

    Di Pasar tradisional Dinoyo, Malang, shalawat Gus Dur ini diputar dengan pengeras suara. Bukan oleh penjual kaset, namun langsung dari kantor pengelola pasar. Shalawat Gus mengiringi keriuhan pasar. Bukan hanya itu, beberapa masjid di daerah Malang, Pasuruan, sampai Surabaya memutar shalawat Gus Dur ini menjelang adzan, menggantikan bacaan tarhim yang sudah umum.

    Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Malang KH Marzuki Mustamar yang mempunyai forum pertemuan rutin bertajuk "Cangkru'an Gus Dur" mengaku ikut mengembangkan shalawat ini. Ia pun yakin, yang melantunkan syi'ir itu benar-benar Gus Dur.
    "Semua sudah menyebut ini shalawat Gus Dur koK," katanya.

    Shalawat Gus Dur ini mulai populer beberapa bulan setelah Gus Dur meninggal dunia. Pada akhir tahun 2010, NU Online sudah menjumpai shalawat ini dipasarkan oleh para penjual kaset di salah satu pasar tradisional di Kediri, Jawa Timur.
    Belakangan diketahui kaset shalawat Gus Dur sudah beredar di Jombang, daerah kelahiran Gus Dur sendiri. Kaset Shalawat Gus Dur dirangkai dengan doa Abu Nawas yang dilantunkan Gus Dur dan beberapa kegiatan yang diselenggarakan untuk Gus Dur, termasuk juga talkshow bersama Gus Dur di salah satu stasiun televisi swasta, dan prosesi pemakaman Gus Dur.

    Namun siapa bisa memastikan kalau pelantun Syi'ir Tanpo Waton itu benar-benar Gus Dur? Kapan Gus Dur melakukan rekaman? Beberapa orang belakangan mempertanyakannya. Alisa Qothrunnada, putri tertua Gus Dur masih ragu pelantun shalawat ini adalah ayahnya sendiri.
    Pasalnya Syi'ir Tanpo Waton ini pun belum pernah dikenalkan Gus Dur kepada putri-putrinya, berbeda dengan syair Abu Nawas, Rabiah Adawiyah atau pun shalawat badar.

    Suara pelantun Syi'ir Tanpo Waton itu, kata Lisa, terkadang seperti Gus Dur. Namun sebentar kemudian seperti bukan Gus Dur. "Ada bagian yang memang mirip Gus Dur, tapi pada bagian lain tidak," katanya. Agak aneh memang.
    Sumber: www.nu.or.id|16/10/2011

1 comments:

maju2265@gmail.com said...

penyebaran Sholawat tersebut memang dari komunitas Cangkru'an Gus Dur Malang Raya yang dibina oleh KH. Marzuki Mustamar, kaset aslinya bertuliskan HALILINTAR,kemudian byk dibajak begitu banyak di mana2

Post a Comment

TERIMAKASIH ATAS KOMENTARNYA.
Kapan-kapan komentar disini lagi ya?????