Dibuat dalam bentuk buku yang diterjemahkan dalam dua bahasa.
Motif-motif tersebut berasal dari 38 kabupaten/kota di Jatim, dengan cermin karakter daerahnya masing-masing. Buku yang ditulis oleh Yushak Anshori dan Adi Kusrianto ini juga diterjemahkan dalam dua bahasa, Inggris dan Jepang.
"Kita harapkan buku ini akan jadi referensi bagi masyarakat khususnya generasi muda, terkait sejarah, seluk beluk, filosofi dan perkembangan batik di Jawa Timur," kata Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Jatim, Nina Soekarwo dalam acara peluncuran buku di Surabaya Plaza Hotel.
Menurutnya, banyak simbol dan makna tersimpan pada tiap lembaran kain batik klasik. Para pembatik juga bisa terus berinovasi menciptakan motif batik sesuai selera pasar, namun jika membuat motif batik klasik, tentu saja harus mengikuti pakem yang ada.
"Itu boleh-boleh saja, tetapi sebaiknya pakem batik harus tetap ada, agar bisa dibedakan antara batik dengan tekstil," kata Nina
Untuk di Jatim sendiri, menurut Nina, masih ada empat kabupaten yang belum terangkat ciri jenis batiknya, yakni Kabupaten Ngawi, Nganjuk, Jombang dan Gresik. Penelusuran dan inventarisir keberadaan kerajinan warisan leluhur tersebut pun, sampai saat ini terus dilakukan oleh pihak-pihak terkait demi menjaga kelestariannya. Usaha pembatikan di Jatim saat ini tercatat ada sekitar 9.824 unit.
Laporan: Tudji Martudji | Surabaya • VIVAnews
0 comments:
Post a Comment
TERIMAKASIH ATAS KOMENTARNYA.
Kapan-kapan komentar disini lagi ya?????