Sejumlah kalangan mengungkapkan bahwa badai Matahari yang mungkin muncul akibat aktivitas Matahari yang memuncak pada 2012 dan 2013 lebih berbahaya dari badai matahari 10 tahun yang lalu. Benarkah demikian?
Astrofisikawan Lembaga Penerbangan dan Antarika Nasional (Lapan), Thomas Djamaluddin, saat dihubungi pada Rabu (4/1/2012), mengatakan, "Secara statistik, tidak akan terjadi seperti itu. Hampir rata-rata."
NASA dalam pernyataan di webnya, Kamis (22/12/2011), juga menyatakan, "Tidak ada risiko spesial terkait 2012. Puncak aktivitas yang terjadi pada 2012-2014 diprediksikan sebagai siklus Matahari rata-rata, tak ada perbedaan dengan siklus lain."
Menurut Thomas, frekuensi badai Matahari akan meningkat saat aktivitas Matahari memuncak. Aktivitas Matahari ditandai dengan semakin banyaknya bintik Matahari. Bila jumlah bintik lebih dari 100, Matahari dikatakan aktif.
"Aktivitas Matahari terbesar pernah terjadi tahun 1960 saat terdapat 200 bintik Matahari. Kedua pada tahun 1780 ketika jumlah bintik Matahari mencapai 150. Siklus terakhir tahun 2000 jumlah bintiknya 120," kata Thomas.
Saat ini, jumlah bintik Matahari masih sekitar 100, masih fluktuatif. Beberapa hari lalu, jumlah bintik Matahari sempat hanya 60. Untuk hari ini, penghitungan jumlah bintik Matahari menunjukkan sekitar 95.
Dengan jumlah bintik Matahari tersebut, badai Matahari yang mungkin muncul tak akan terlalu besar. Gangguan yang harus diwaspadai adalah pada komunikasi, navigasi, dan kelistrikan. Badai Matahari tidak akan menyebabkan kepunahan kehidupan.
Thomas mengatakan, badai Matahari digolongkan menjadi kelas A, B, C, M, dan X. Kelas X merupakan yang terbesar. Badai Matahari yang muncul bulan Desember lalu hanya pada kelas C dan B, dan ada beberapa yang kelas M.
Efek Badai Matahari Bagi Bumi
Badai terjadi ketika ada ledakan besar di atmosfer matahari dengan daya supertinggi.
Ancaman 'tsunami matahari' yang sempat ramai diberitakan terhadap bumi nihil. Tidak ada tsunami atau badai matahari pada Selasa, 3 Agustus 2010.
Profesor Riset Astronomi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin, mengatakan, kalaupun terjadi tsunami matahari, tidak akan berdampak buruk terhadap bumi. Tsunami matahari hanya berdampak di sekitar titik ledakan.
Yang memungkinkan memberi dampak pada bumi adalah badai matahari. Itupun jika lontaran massa matahari beskala besardan mengarah ke bumi.
Berdasar penelitian National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), yang disponsori lembaga antasariksa Amerika Serikat, NASA, badai matahari terjadi ketika muncul flare atau ledakan besar di atmosfer matahari dengan daya supertinggi.
Badai matahari bisa menyebabkan lonjatan tenaga lisrik hingga miliaran watt. Bila sampai ke bumi, pancarannya akan memengaruhi medan magnet bumi yang selanjutnya berdampak pada sistem satelit, listrik, dan frekuensi radio. Bumi terancam kehilangan daya listrik.
Badai matahari merupakan siklus biasa yang terjadi setiap 11 tahun. Namun, siklus itu diperkirakan akan mencapai puncaknya pada 2012-2013.
Berdasar prediksi tersebut, sejumlah badan antariksa telah berupaya menyiapkan sejumlah strategi menghadapi badai matahari. Strategi untuk mengantisipasi hilangnya daya listrik, satelit, dan frekuensi radio yang menopang kehidupan masyarakat modern masa kini.
Badai matahari pernah melanda bumi pada 1 September 1859. Namun, kala itu tak terlalu berdampak karena kehidupan di masa itu belum ditopang listrik.
Ancaman badai matahari yang berpotensi menghantam bumi pada 2012 inilah yang sempat menguatkan mitos mengenai akhir dunia atau kiamat pada 2010. Sebuah mitos yang tak cukup bukti ilmiah untuk dipercaya. (umi)
Add From :
http://nasional.vivanews.com/news/read/168816-efek-badai-matahari-bagi-bumi
http://sains.kompas.com/read/2012/01/04/16365135/Badai.Matahari.2012.Tergolong.Biasa
0 comments:
Post a Comment
TERIMAKASIH ATAS KOMENTARNYA.
Kapan-kapan komentar disini lagi ya?????