300x300

Thursday, October 13, 2011

Ketragisan Cinta

Ketragisan Cinta
Pada suatu tahun,dimana tahun ini tahun yang semua orang menyebutnya rumit kecuali aku yang merasa di tahun ini sangat-sangat beruntung. Aku yang sudah lama menunggu akan keberuntunganku, kini datang menemuiku namun awalnya terasa aneh bila diceritakan pengalamanku yang rumit, mungkin bisa  berakhir dengan kebahagiaan yang abadi. ya abadi tidak sekejap mungkin iya. Berawal dari hubunganku bersama Tomy yang akhirnya putus karena kesalah pahaman. Kejadian ini bisa terjadi karena mungkindia kangen sama aku. iya, ampun pedenya aku… tapi, mungkin iya karena dia mengira perempuan itu aku. Maksud aku waktu ada acara di desa seberang Tomy datang untuk melihat acara tersebut dan ada perempuan yang katanya mirip aku dan pada saat itu juga, pada malam itu hubunganku berakhir dengannya.
Sebulan kemudian aku mendapatkan penganti Tomy. Namanya Yogi dia anak dari seorang oknum polisi, lumayan keren dan tajir. Enggak terasa sudah 2 bulan aku bersamanya dan akupun semakinmesra dengannya, tak lama kemudian ada seorang cowok yang menyatakan perasaannya padaku dia anak SMA 1 Favorite. Namanya Gilang, dia agamanya Kristen lumayan tajir juga, dan akhirnya aku terima juga dia.Karena fikirku hidup dengan dua pacar cukup mengasyikkan. 3 bulan kemudian aku dan Yogi putus dan aku juga putus dengan Gilang karena sesuatu yang tak mungkin. Aku putus dengan Yogi karena dia tak tega meninggalkan aku sementara dia kerja demi hubungan ku dengannya. Aku putus dengan Gilang karena dia tak sabar menahan nafsu. Anehkan!!!
Setelah lama mencari pengganti 2 orang itu, aku dapat seseorang lagi. Dia namanya Dedy anak SMP Khatolik. Sebenarnya dia sudah lama suka sama aku, tapi baru ketemu sekarang. Aku putus dengannya dengan kesalah pahamancuma gara-gara boncengan sama Rudy sahabatku dan sahabatnya. Dan ternyata Gilang minta balikan sama aku dan dia minta maaf atas perlakuannya padaku dan aku menerimanya kembali.
Hubungan rumit pun terjadi aku juga tidak tahu mengapa ini bisa terjadi. Tapi mungkin aku mulai sakit hati lagi karena laki-laki yang ku tunggu dan ku sayangi di pilih adik angkatku untuk jadi pacarnya. Cerita ini berawal dari kejadian ini.Disini tokoh “Aku” Bernama Khilla, aku masih duduk di bangku SMP aku disini mempunyai teman dekat yang bernama Sisy, Vebry dan Nindy. Dan satu teman lagi yang bernama verra, yang selalu q anggap  teman kecilku. aku punya musuh disekolah dan dirumah. Dia namaya jeni aku paling tidak suka sifatnya yang suka fitnah  dan membicarakan orang lain dan juga menagadu orang lain. kalau ketiga teman tidak suka dengan sifatnya dengan sifatnya yang rendah diri dan suka mengungkit-ungkit masalah lalu
Aku mempunyai tiga sahabat pula dirumah mereka bernama dilla. siska dan lindasutau hari dibulan yang menyenangkan yaitu oktober dimana bulan itu merupakan bulan yang sangat isti mewa. bagiku menyedihkan untukku.
Aku punya teman yang mungkin udah aku anggap adikku sendiri… dia namanya lisa. Dia kelas VIII. dia dekat denganku karena dia adik dari salah satu mantanku yang sudah lama putus ,mungkin lima bula yang lalu udah lamakan !!!!dan kejadian ini berawal dari kisah ini
Suatu hari lisa mengeluh padaku karena habis diputusin yoga pacarnya, dia menangis  dan curhat sama aku
“Mba. Aku habis diputusin sama yoga anak anak kelas XI di sma favorit “ucapnya sambil menangis padaku
“Udah, jangan nangis… baru diputusin aja nangis apa lagi kalau ditingglah pergi ke atas, tambah nangis lagi”. Ucapku sambil mengejeknya.
“Mbak Aku sayang sama dia…” ucapnya menjelaskan dengan nada yang lirih.
“Emang dikasih apa sih sama dia sampe segitunya ditinggal nangis !” ucapku dengan rasa ingin tau.
“Dia yang pertama kali ngasih Aku firsht kiss and pengetahuan tentang Pergaulan !” ucapnya dengan rasa menyesal.
“Ya… Allah baru dikasih itu aja sampe nangis astaganaga…” ucapku keheranan.
“Mbak…! Jangan gitu donk mbak ! emangnya Mbak mau apa nyariin penggantinya ?” tanya dia.
“Halah… itu masalah gampang bagiku. Emang mau cowok yang kayak gimana ?” Jawabku.
“Kayak Yoga Mbak !” Ucapnya.
“Yee… enggak ada tau ! orang yang mirip Yoga itu jarang bisa ditemuin”. Ucapku.
“Terus gimana Mbak ?” tanya dia sambil menunjukkan rasa sesalnya.
“Cari sendiri sana nomernya di Hp ku… nich… Hpnya…! Terserah mau pilih yang mana asal bukan Tomy sama Yogi ! ucapku sambil menyerahkan nomer Hp.
“Mgak, Andi itu siapa ? anak mana ? Tanya dia sambil memandangku.
“Ooh, Andi anak SMA I Faforit juga. Emang kenapa ? ambil aja ! dia keren, motornya Vixion hitam dan tajir lho ! Tapi, sayang dia itu…” ucapku sambil menghentikan pembicaraan dan memberinya dia sedikit rasa penasaran.
“Kenapa mbak ? dia kenapa ? ucapnya sambil kekeranan.
“Dia bekas aku…. Maaf ya !” jawabku dengan sedikit tersenyum.
“Yaach, mbak… yang lain aja dech… kalo Gilang ? ucapnya.
“Hech, Jangan itu dilarang tau” Jawabku.
“Kenapa ? katanya yang dilarang Cuma Tomy ama Yogi ?” tanya dia lagi.
“Dia itu pacar aku yang sekarang tau ! enak aja mau diambil !” Ucapku dengan jengkel.
“Alvin aja ya mbak ? boleh gak ? soalnya namanya cukup menarik !” tanya dia.
“Alvin ? tapi, kalo kamu mau smsan sama dia pake nomerku aja ! jangan dinomer kamu !” jawabku sedikit ketakutan.
“Emang kenapa mbak ? tanya dia lagi.
“Pokonya gitu ! nich kartuku bawa aja, nanti kalo sms pake nomer itu aja dan nanti kalo Gilang ata Tomy sms kamu bilang suruh sms aku di nomerku yang di im3”. Jawabku sekaligus mengarahkan Lisa.
“Iya dech mbak ! nanti aku smsnya disini saja ! ucapannya sambil tersenyum kepadaku.
Malam harinya Lisa sms aku untuk mengabarkan kalo Yogi sms dia, dan aku juga berniat menanyakan ke Lisa, bagaimana kemajuan setelah smsan dengan Alvin ? “Gimana ? ada kemajuan gak ?” tanyaku lewat sms.
“Dia mau smsan sama aku mbak ! tapi dia tadi sempet tanya dan manggil aku Khilla !” sms-nya.
“Masak sich…?” sms-ku
“iya mbak !! nich aku kirimin semua sms-nya ya !” sms-nya
“Terserah kamu aja” sms-ku
“Ada apa khi ? mau curhat masalah apa? Tumben sms?”
“owh… kamu Lisa temennya Khilla ! kenapa kamu manggil dia mbak ?”
“Ya, boleh lah…. Malah aku seneng dapat temen baru !.
“Namaku Alvin sekolah di Sekolah Islam, dan rumahku dekat rumahnya Khilla”.
“Aku boleh tanya sesuatu?”
“Khilla itu Matre ya…? Aku lihat dari sifatnya aja.
“Apa dia sering diputusin sama cowoknya, gara-gara kemauan cowoknya?”
“Pasti dia nangis ! soalnya dari sifatnya kayak gitu”.
“Jadi Cuma buat seneng-seneng aja towh…..????”
“Kamu rumahnya mana ? dan kamu kelas berapa?”
“sebenarnya nama kamu siapa sich..??”
“Enggak aku kira kamu Khilla, sms Alvin ke Lisa. Tapi aku langsung bilang kalau aku enggan untuk mengetahui sms-nya”.
“Udah ah… aku gak mau lagi sms-nya dia”. Ucapanku lewat sms.
“Kenapa mbak? Enggak apa-apa kok mbak aku gak akan marah ! jawabnya lewat sms.
“Enggak ! udah kamu terusin aja sms-nya sama Alvin ! aku mau tidur, sudah malem.! Ucapanku lewat sms. Sambil menghentikan sms itu, sebenarnya aku menghentikannya karena enggak tahan sama perkataannya Alvin. Lagi-lagi sakit hati. Mau sampai kapan aku sakit hati gara-gara Alvin ? apa boleh buat dan aku bisa merelakannya.
Keesoan harinya Lisa datang menemuiku sepulang sekolah, dan tanya padaku “ apa aku ada rasa sama dia?” dan apa dia boleh jadian sama Alfin.
“apaan? Enggak kok. Aku nggak suka sama dia, kita cuma temen aja kok!”
Jawabku sambil menyembuyikan perasaanku yang sebenarnya, aku memang sudah lama sayang sama dia (Alfin)
” kamu nggak udah bohong, mbak! Aku nggak bisa dibohongin sama mbak, aku lihat lewat mata mbak!” jujur aja, mbak! Aku nggak akan marah kok!. Ucapnya padaku, sebenarnya aku memang bohong padanya. Namun aku terus menutupinya.
“nggak Lisa……..emang ada apa? Dan kenapa tanya gitu sama aku!”
Ucapku mengembalikan pertanyaan kepadanya.
“aku Cuma pingin tau! Apa aku boleh pacaran sama dia?” tanya dia padaku
Dan aku terkejut mendengar pertanyaannya tadi. Tiba-tiba detak jantungku berdetak dengan cepat karna mendengar pertanyaan tadi. Sempat hampir pingsan mendengar itu dan kata-kata itu membawa lamunan untuk diriku.
“mbak, kalau nggak boleh juga ngaak apa-apa! Aku ngerti kok!”
Ucapnya mengagetkan diriku yang diam setengah tak sadar.
“boleh, tentu aja boleh! Kebetulan banget dia juga lagi sendirian. Tembak aja dia”
Jawabku dengan hati yang setengah hancur karena keadaan itu.
“beneran mbak? Aku mulai suka sama dia, ucapnya
“ya…………..udah anti malam kabari aku kalu ada kemajuan Ok! Aku pulang dulu! Takut dicariin sama ibu aku. Jangan lupa sms aku”.
Ucapku padanya sambil menutupi perasaanku yang tadi.
Tak terasa air mata jatuh mambasahi pipiku mengiring perjalananku pulang kerumah. Dengan sebuah rasa penyesalan telah memberikan nomernya ke Lisa.perasaan yang mungkin lagi-lagi terjadi dan selalu terjadi padaku yang dikarenakanya.
Siang pun berlalu malam pun menjadi satu dalam suasana hening dalam rumahku. Seperti malam-malam biasanya aku dan keluargaku berkumpul dalam suatu ruangan, yaitu ruang keluarga. Pukul 20.00 WIB tiba waktunya aku smsan sama Lisa dan Gilang. Pada waktu melihat Hpku, ternyata ada 28 sms yang masuk tanpa aku ketahui. Aku buka satu persatu sms tersebut dan ternyata sms tersebut dari Alfin menanyakan bagaimana kabarku dan keadaanku saat ini. Dengan rasa takut adan cemas aku balas smsnya dengan diawali kata maaf dan alhamdulillah dia akhirnya memaafkanku. Tapi, mungkin nasibku yang naas lagi ketika aku ingin membalas sms ke dua dari Alfin ternyata aku salah mengirimkanya, sms itu aku kirimkan kepada Gilang dan akhirnya pun aku dituduh selingkuh sama orang lain. Banyak-banyak aku menjelaskan tentang apa yang terjadi semakin tidak percayanya dia padaku dan kami akhirnya memutuskan hubungan  kami.
Single lagi dan lagi-lagi sigle…….itu yang aku rasakan saat diputuskan gilang. Dan akhirnya aku memutuskan untuk tidak berhubungan dulu dengan makhluk yang namanya cowok. Hanya satu yang aku seriusin dan kini masih aku tunggu.
Keesokan harinya seperti biasa aku melakukan aktivitas seperti biasa. Namun mulai saat itulah aku berteman dengan febri, sisy, dan Ninai. Mula menyenangkan tetapi lama-lama berupa sebuah kejujuran. Semuanya saling jujur kalau tidak tahan dengan sikap dan perlakuan leni terhadap teman-temannya karena dia munafik dan suka merendahkan diri sendiri di depan orang banyak.
Sepulang sekolah aku kembali ketemuan dengan lisa dan seperti biasa dioa curhat padaku tentang Alvin.
“ Mbak, aku udah jadian sama Alvin! Aku sennag banget! Dia itu sama kayak yoga! Perhatian, pengertian, baik, setia, jujur dan pokoknya sama dech….!”
Ucapnya sambil memelukku.
“Oh…..selamat ya……!
Ucapku dengan hati separuh kecewa karena mereka pacaran.
“Makasih ya, mbak!kamu emang mbakku yang baik banget!”
Ucapnya dengan sennag.
“Iya…..sama-sama”.Ucapku . Aku tidak bisa berkata apaapa mendengar semua itu, rasanya hatiku tak dapat menerima pernyataan semua itu. Namun, mulut ku terus terbungkam ketika lisa mengatakannya dan terus cerita tentang hubungannya. Dan akhirnya aku pun mengatakan yang sebenarnya tentang perasaanku pada Alvin dan berceritalah aku ke lisa pengorbananku ke Alvin yang sudah lama aku lakukan untuk menyennagkan hatinya.
“Lis, sebenarnyya aku punya rahasia yang enggak ada satupun orang yang tau sampi saat ini. Rahasia hati yang selalu membuat aku belajar akan kesabaran dan terima apa adanya.”
Ucapku sambil memandang lisa. Dan tak terasa air mata pun ikut mengiringi kejadian itu.
“Mbak?Ada apa? Kenapa kamu nangis?apa gara-gara aku jadian sama Alvin atau kalau mbak mau aku bisa mutusin Alvin buat kamu!”
“Enggak….Aku senang kamu bisa jadian sama Alvin dan kamu bisa temani hari-harinya agar dia selalu ceria, tidak pendiam!.
“Lalu kenapa kamu nangis?Tanya dia.
“Aku sudah lama mencintai dia”Jawabku sambil menangis.
“Maafin aku………….” Ucapnya.
“Enggak apa-apa. Justru aku sangat berterima kasih telah membuat Alvin bahagia lagi dan enggak kesepian”. Ucapku dengan terus mengeluarkan air mata.
“Jangan!! Jangan membuat dia kesepian untuk kesekian kalinya! Dan jangan membuatku menangis dan tambah menderita lagi! Aku sudah cukup bahagia dan tersenyum padaku!”
Ucapku dan terus mengeluarkan air mata yang tak bisa aku hentikan.
“Mbak, aku ngrasa bersalah sama kamu! Bukannya aku berniat untuk mengincar orang yang kamu sayangi. Kamu ingat kemarin aku sudah menanyakannya sama kamu. Dan kamu menjawab tidak.” Ucapnya padaku.
“Iya,aku tau…kamu enggak pernah salah. Memang aku yang salah dalam peristiwa ini”. Ucapku
“Tapi………….”
Ucapnya yang lalu aku potong dengan pembicaraanku.
“Dengerin aku dulu!! Dari dulu aku sayang sama dia. Awalnya aku engga pernah tau kalau akan bertemu dia lagi. Dulu aku pindahan dari cikupa tangerang. Aku pindah kesini waktu aku kelas 5 SD semester 2. Pertama kali aku pindah disini aku merasa aneh. Dan kamu tau, oarng yang pertama kali aku kenal siapa? Dia Alvin. Orang yang pertama aku kenal dan aku suka. Setelah lama menutup hati aku untuk anak cowok karena dulu aku putus dengan pacarku yang bernama Dio. Gara-gara orang tuaku yang tidak pernah suka sama dio.Banyak hal yang aku rasain pada saat hidup disini. Mulai dari senang, suka, sedih, susah, bahagia, dan lain-lain. Namun aku terus berusaha mengenalnya. Walaupun dia enggak tau siapa aku sebenarnya dan mengapa aku bisa tau segalanya tentangya. Setelah aku mengenalnya ganya satu yang enggak pernah aku tau. Ternyata Alvin itu pacarnya sahabatku. Aku tau tau dari sahabatku sendiri yang tiba-tiba curhat sama aku, dia namanya Mia. Dulu dia satu sekolah Dasar sama aku. Kamu tau beribu pengorbanan aku lakuin buat Alvin bahagia melewati Mia. Dan hanya temen deket aku yang tau kalau aku suka sama Alvin yaitu sampai saat itu, dan terus datang menggerogoti fikiranku. Sudah cukup aku sedih dan aku mencoba untuk melepaskan Alvin tapi, enggak bisa setiap aku berhubungan selalu ada nama Alvin dikepalaku. Dan rasa sedih pun kembali lagi ketika Alvin memberikan Mia kado ulang tahun berupa liontin dan boneka beruang. Setiap hari aku merasakan penyesalan yang tiada habisnya. Begitu senangnya Mia diberikan Alvin sebuah boneka dan liontin. Mia selalu curhat padaku tentang dia dan selalu tidur bersama boneka itu. Dia selalu berkata kalau tidak bisa tidur ada boneka itu. Betapa beruntungnya Mia mendapatkan Alvin yang sangat sayang walaupun dia mempunyai sifat kasar. Tapi justru rasa dendamku muncul pada Mia akibat dia selingkuh dengan adik kelasnya sendiri namanya Ardian Bagus. Rasa dendam terus menemaniku dalam persahabatanku dengan Mia. Namun, apa boleh buat aku hanya bisa diam tidak bisa berkata apa-apa pada Alvin. Karena mana mungkin Alvin percaya sama akudan bisa-bisa dia berfikiran kalau aku ingin memutuskan hubungannya dengan Mia. Aku hanya diam tak bisa berkata apapun. Seperti bisu rasanya diriku yang tak bisa berkata atas kemauaanya. Disekolah Dasar Mia selalu berkata kalau Ardian Bagus segala-galanya untuknya. Tapi, kalau dipengajian Alvin yang segala-galanya untuknya. Aku tak tahan dengan semua itu perkataan itu terlalu sakit untukku. Aku tak bisa membayangkan apa jadinya kalau Alvin tau soal itu. Lama-kelamaan aku sudah tak tahan denagn semua itu dan  akhirnya aku mengindar dari Mia. Tapi, dia malah mengajakku pergi untuk mencari kado ulang tahun untuk Alvin. Aku disuruh memilih kado apa yang pantas untuk Alvin. Aku memilihkan sebuah jam tangan untuknya.Dan aku pula yang disuruh untuk memberi kado itu padanya dan bilang kalau kado itu darinya.Hatiku sakit akan hal itu. Kamu tau padahal kado itu dariku bukan dari Mia. Setelah menjelang lulusan sekolah Mia putus dengan Alvin. Sebenarnya sih sebelum menjelang lulusan sekolah, gara-gara Mia ketahuan selingkuh dengan orang lain. Rasa senang pun tiba bahagia pun membayangiku. Dan aku pun bersyukur karena hubungan mereka putus juga. Dan aku senang akan hal itu karena dia sangat membenci Mia, orang yang sudah menghianati kepercayaannya dan kasih sayangnya”.
Ceritaku pada Lisa. Lisa memandangiku dan memunculkan wajah yang tak percaya akan hal itu. Dia hanya berkata
“kasihan kamu…………………!” ucapnya padaku
“itu belum seberapa! Aku nggak tau kenapa bisa sama” ucapku padanya
“maksudnya?” tanya dia dengan keheranan
“setiap dia merasakan sesuatu aku juga merasakanya” jawabku dengan singkat
“ contohnya…………………?” tanya dia lagi
“waktu dia kecelakaan aku juga merasakan sakitnya dan aku juga merasakan perihnya luka-luka itu dan waktu dia dikeroyok sama teman-temanya aku juga gitu. Aku sayang sama dia” ucapku
“mbak, aku bisa kok mutusin dia. Aku relain dia demi kamu!” ucapnya munculkan wajah serius
“nggak, itu nggak perlu………..seharusnya aku yang ngelepasin dia untuk kamu” ucapku
“mbak, kenapa mbak bilang gitu?” ucapnya padaku
“aku seharusnya berfikir kalau aku nggak bakalan bisa dicintai Alvin apalagi jadian” ucapku.
“kenapa? Mbak kan masiz, baik, pengertian, perhatian, penuh kasih sayang, dan baik hati.., mbak cantik” ucapnya
“hatiku cantik? Hatiku itu buruk. Wajahku manis? Wajahku jelek. Aku baik? Aku itu jahat, aku pengertian? Aku itu nggak bisa nerima dan ngerti seseorang. Aku perhatian? Aku itu cuek, dingin. Dan aku penuh kasih sayang? Aku itu penuh rasa dendam.” Ucapku padanya
“kenapa mbak berkata begitu? Mbak nggak boleh rendah diri dan mbak nggak boleh putus asa! Makanya mbak sendiri juga benci sama orang yang suka rendah diri seperti mbak Leni” ucapnya padaku dan melarangku untuk rendah diri dan juga putus asa
“rasanya ingin mengakhiri hidupku sampai disini, ku sudah tidak berarti lagi didunia ini, lagi pula nggak ada yang sayang sama aku. Gilang udah mutusin aku gara-gara salah paham, orang tuaku udah nggak merduliin aku lagi, dan teman-temanku pada jijik sama aku.” Ucapku dengan putus asa
“mbaak, jangan gitu dong! Aku sayang kamu! Mas Gilang juga sayang sama mbak tapi, mungkin dia belum tahu kalau mbak kemarin salah kirim. Aku yakin beberapa hari lagi dia pasti minta baikan lagi” ucapnya dengan yakin
“ya, bisa iya bisa enggak………….., mungkin aja bisa tapi, aku masih trauma sama cowok mungkin butuh satu bulan buat break sama cowok” ucapku
“mbak, aku minta maaf ya!” ucapnya
“buat apa?” ucapku
“aku udah ngerebut mas Alvin dari kamu” ucapnya.
“Apapun ? ngrebut katamu?” Ucapku.
“ya, mbak gara-gara aku kamu jadi sedih dan hatimu sakit” Ucapnya.
“Udahlah! Enggak usah difikirin, anggap aja tadi aku Cuma bercerita  dan simpan ceritaku tadi. Jangan sampai ada yang tau!”
“Tapi…..” Ucapnya.
“Alah udah lupain aja!” Ucapku.
Ya, dech mbak! Ucapnya.
“Ya ydah… aku pulang dulu ya…. Udah sore. Nanti dicariin sama ibuku lagi….. udah ya!” Ucapku berpamitan pada Lisa.
“Iya, mbak nanti malam aku sms kamu, aku janji….” Ucapnya padaku.
“Ya, aku tunggu janjimu” Ucapku.
“Sore itu aku pulang kerumah dengan hati yang masih sakit. Sampai rumah aku langsung mandi dan masuk kamar. Dalam kamar aku menangis tiada habisnya, menyesali perbuatan yang telah aku lakukan. Namun ibarat nasi telah menjadi bubur…. Semua yang terjadi ya tak mungkin bisa diulang lagi, semuanya telah terlanjur.
Malamnya dengan sabar, tabah dan mencoba menerima keadaan aku sms Alvin dengan kata-kata
“Sombong ya sekarang…. Mentang – mentang udah jadian sama Lisa, nglupain aku gitu aja!”
Dan smsku dijawab.
“Enggak sombong kok…. Jadi, kamu udah tau ya….”
Sms-nya aku jawab
“Udah donk…! Aku dibilangin sama Lisa sendiri. Wah manggil baby ya? Duh eenaknya…”
Sms-ku dijawab
“Bisa aja…. Makasih ya udah ngenalin aku sama Lisa”.
Sms-nya aku dijawab
“Mank kenapa?”
Sms-ku dia jawab
“Dia baik dan aku sayang sama dia”
Ketika smsku dijawabseperti itu aku merasa sakit hati lagi. Kali ini dia yang mengatakannya lewat bibir dan sebuah senyuman manis itu yang aku bayangkan. Air mataku menetes lagi membasahi semua dan seluruh wajahku. Sakit rasanya hatiku pada saat itu, sangat-sangat sakit. Namun apa yang harus aku lakukan. Semuanya terlanjur dan gak bakalan bisa dikembalikan seperti dulu lagi dan mungkin aku hanya bisa jadi sahabat atau temen curhat aja lagi. Aku tetap bersyukur bisa menjadi orang kepercayaannya dan mendampinginya setiap saat dan waktu. Mungkin udah nasibku harus begini. Aku terus menangis sehingga sms-Alvin enggak aku balas. Percuma aku balas itu enggak akan merubah keadaan menjadi baik.
Keesokan harinya disekolah aku berusaha menghindari Lisa. Aku enggan berbicara dengan dia, dan aku nggak mau menyakiti hatiku sendiri. Di sekolah aku curhat dengan teman dekatku yang selama ini aku buat curhat tentangnya.
“Feb, aku lagi pusing banget gara-gara Lisa” Ucapku
“Emang kenapa? Lisa itu siapa? Tanya dia.
“Orang yang aku sayang, aku kasih ke dia dan Lisa itu adik kelas kita!” Ucapku
“Lah, kamu goblok udah tau kamu sayang sama dia kenapa dikasih temen kamu?” Ucapnya
“Tega banget ngatain goblok! Lagi pula aku itu ngasih ada alasannya”. Ucapku
“Namanya siapa sich orangnya?” Tanya dia
“Alvin, dia anak SMP Islam tetanggaku sendiri” Ucapku
“Terus….?” Ucapnya
“Aku nyesel ngasih Alvin ke Lisa, aku bener-benr nyesel nyerahin dia buat Lisa” Ucapku.
“Khi, percuma kamu nyesel, soalnya Alvin gak bakalan bisa putus sama Lisa. Kan Alvin sudah sayang banget sama Lisa”. Ucapnya
“Terus gimana? Aku bener-bener sayang sama dia msak sich aku lagi-lagi harus relain Alvin sama temanku?” ucapku
“itu salahmu sendiri! Ngapain kamu kasih no-nya buat dia. Sekarang kamu nyesel kan, karena udah ngasih dia?” Ucapnya
“Iya aku yang salah…. Kenapa aku gak berpikir dulu sebelum ngasih no-nya ke Lisa dan nggak mikir akibatnya” Ucapku
“Gara-gara kecerobohanmu kamu harus menderita kan!” Ucapnya
“Iya aku emang ceroboh” Ucapku
“Emang orangnya kayak gimana sich?” Tanya dia
“Dia itu perfect bagiku dan hidupku” Ucapku
“Enggak usah berlebihan dan terobsesi sama Alvin!” Ucapnya
“Dia itu manis, baik hati, setia, perhatian, romantis, pengertian, terima apa adnya, sabar, pintar ngaji, rajin sholat dan ngaji, dan nurut orang tua”. Ucapku
“Itu sich bukan sempurna lagi tapi dia itu lengkap dengan kriteria dan cocok untuk dikatakan laki-laki bertanggung jawab dan kamu harus dapetin dia”. Ucapnya
“Tapi apa mungkin dia mau sama aku? Soalnya sia hanya anggap aku sahabatnya aja dan dia kan paling gak suka sama perempuan matre kayak aku. Dia itu hanya tau aku yang punya sikap matre dan sok cantik”. Ucapku
“Coba aja Khi, pasti dia mau sama kamu! Kamu bisa ngerti kan keadaan dia, kondisinya dia?” Tanya dia
“Aku slalu sayang sama Alvin mungkin sampai mati”. Ucapku
“Hech. Khi jangan bilang gitu donk! Nanti aku temenan sama siapa?”
“Temen kamu kan banyak! Ada sisy, Nindi, Vera, Yuna, Wina, Leni. Ucapku
“Jangan bilang gitu! Aku enggak mau. Jangan bilang gitu…. Jangan tinggalin aku, kamu kok tega banget sama aku”. Ucapnya
“Ya , mau gimana lagi…. Mungkin aku hanya bisa jadi teman aja buat dia”. Ucapku
“ya, mungkin pada saat ini kamu jadi sahabatnya dulu atau teman curhat, nanti kalau dia susah atau ada masalah bantu dia. Kan walaupun kamu enggak bisa pacaran sama dia seenggaknya kamu jadi teman curhat yang paling dekat sama dia”. Ucapnya padaku sambil meyakinkanku.
“Ya dech aku coba dulu”. Ucapku sambil menghela nafas.
“Gitu donk…! Itu baru temenku. Ceria donk jangan nangis lagi”. Ucapnya padaku sambil menghiburku.
Sepulang sekolah aku ditinggal sama orang tuaku untuk pergi ke rumah nenekku. Sendiri lagi di Rumah. Tapi tak apalah walaupun ditinggal sendirian aku masih bisa sms-an sama Lisa atau sama siapa saja. Sore orang tuaku berangkat kerumah Nenekku yang ada di Jawa tengah, dan aku memulai kehidupanku yang baru tapi, sementara saja. Sebenarnya  Ayahku besok udah pulang dia ke Jawa tengah Cuma buat nganterin Mamaku ke Rumah Nenek.
Malamnya aku menghibur diriku sendiri dengan menyalakan DVD musik lagu-lagu kesukaanku dan setelah itu aku menonton Televisi, acara yang aku suka. Sambil sms-an dengan Lisa. Lisa sms masalah hubungannya dengan Alvin. Yach, seperti yang dibicarakan tadi siang sama Febri, sebaiknya aku lakuin dulu dan aku coba dulu sama Alvin buat temenan atau sahabatan dulu mungkin dengan cara itu dia akan sadar kalau aku benar-benar mencintainya. Dengan hati yang cukup untuk sabar aku terima sms dan curhatnya tentang Alvin.
Lewat sms aku bantu hubungan Alvin dengan Lisa. Tapi, ternyata Lisa curhat padaku mempunyai maksud dan tujuan tertentu, aku sms-an dengan dia yang ternyata dia mengetahui kalau aku sendiri dirumah karena orang tuaku pergi ke Rumah Nenek. Dan maksud dan tujuan itu Alvin disuruh menemuiku dan menemaniku dalam kesendirianku dimalam itu.
Aku mengetahui saat muncul secara tiba-tiba dibelakang rumahku memakai pakaian rapi dan peci. Aku terkejut dengan kemunculan Alvin yang secara tiba-tiba. Dia kalau dia disuruh kerumahku untuk nemenin aku, dan Lisa sudah bicara padaku. Padahal aku belum diberitahu olehnya. Dia memberikan surprise untukku lama kita berbincang-bincang dan tertawa saling berpandangan dan sangat dekat. Lama-lama aku semakin akarab dengannya. Tapi semakin lama aku melihat senyumannya semakin aku sayang padanya dan tidak bisa aku tutup lagi akhirnya malam itu aku berkata jujur padanya bahwa aku sudah lama mencintainya dan menunggunya.
“Vin, sebenarnya aku dari dulu suka sama kamu dari pertama aku kenal lamu, aku sayang sama kamu. Tapi nggak usah kamu jawab aku sudah tau jawabannya kok dan makasih udah pernah singgah dihatiku dan aku sadar kalau aku memang enggak pantas sama kamu”. Ucapku padanya.
“Eh, kenapa bilang gitu? Sebelumnya aku minta maaf sama kamu”.
Sebelum dia menyelesaikan kata-katanya aku potong dulu.
“Iya, aku tau sampai kapanpun kamu nggak pernah suka sama aku dan kamu sayang banget sama Lisa”. Ucapku padanya.
“Bukannya gitu! Iya aku sayang sama kamu tapi sebagai teman dan aku juga suka sama kamu karena orangnya perhatian dan nyenengin. Tapi, aku sudah punya Lisa, jadi aku hanya mencintai dia sebelum aku berterima kasih sama kamu, karena kamu sayang akan cinta sama aku”. Ucapnya padaku.
“Aku udah bilang jangan dijawab aku udah tau jawabannya karena kamu sampai kapanpun enggak bisa erima aku dan kamu menganggap aku hanya teman saja”. Ucapku
“Emang apa yang kamu suka dari aku?” tanya dia.
“Enggak tau…!” Jawabku.
“Kok gitu? Pastinya ada hal yang kamu suka dariku”. Ucapnya.
“Enggak ada! Eh, aku bilangin ya ini teori aku yang pertama kalau seseorang suka wajahnya namanya bukan cinta, tapi kagum. Yang kedua kalau seseorang suka dari uangnya namanya matre bukan cinta. Yang ketiga kalau seseorang suka perempuan karena tubuhnya intu namanya nafsu dan yang keempat atau tang terakhir kalau seseorang suka tapi, enggak tau apa penyebabnya dan datang tanpa disengaja itulah yang disebut dengan cinta”. Ucapku padanya.
“Oooh…. Aku baru tau! Kalau tipe cowok kamu apa dan bagaimaa?” Tanya dia.
“Emang kenap?” Tanyaku
“Pengen tau aja! Mungkin aku bisa nyariin buat kamu!” Ucapnya.
“Enggak ah, makasih…. Aku masih pengen singgel dulu! Pengen nunggu dan setia sama satu orang saja! Tapi, kalau kamu pengen tau tipeku aku kasih tau. Orangnya itu harus masuk kriteria aku, yaitu pinter, manis, tinggi, lebih tua dari aku, sabar, pengertian, perhatian, terima apa adanya, nurut orang tua, sayang sama aku, pinter agama + ngaji, sederhana, setia, jujur, sopan, bertanggung jawab, romantis dan baik. Itu aja”. Ucapku panjang lebar.
“Banyak banget kriterianya? Jadi bingung?” Ucapnya sambil menggaruk kepala.
“Kamu lucu ya Vin, gitu aja bingung!” Ucapku tertawa.
“Tapi ada yang aneh dech?” Ucapnya.
“Aneh? Aneh gimana?” Tanyaku padanya.
“Ciri-cirinya kok ada yang sama kayak aku?” Ucapnya.
“Masak sich? Mungkin iya enggak sengaja kali ya?” Ucapku.
“Oh, ya aku heran kenapa kita bisa ngobrol gini ya?” Tanya dia padaku.
“Aku sendiri juga bingung, padahal kita kan dari dulu musuh!” Ucapku.
“Musuh? Enggak tuch! Aku anggap kamu temen Khi bukan musuh” Ucapnya padaku sambil meyakinkan aku kalau aku salah.
“Oh, salah donk? Maaf dech….
Oh, iya kamu kesini pasti terpaksa, iya kan?” Ucapku bertanya padanya.
“Terpaksa enggak kok! Tapi, jujur pada awalnya aku terpaksa soalnya disuruh sama Lisa dan kalau bukan dia yang nyuruh mana aku mau. Tapi, lama kelamaan enggak kok.” Ucapnya sambil tersenyum.
“Kok bisa enggak?” Tanyaku kembali.
“Iya soalnya kita udah nyambung. Maksudku ngbrol kita nyambung gitu loch!” Jawabnya.
“Gitu ya…..? ok dech….!
“Setelah lama mengobrol dengannya, tak terasa waktu terus berjalan dan matahari mulai menampakkan diri dari ufuk timur. Dan akhirnya Alvin pun pulang kerumahnya. Sejak saat itu setiap ku bertemu dengannya dia selalu menyapaku dengan kata-kata halus dan sebuah senyuman.
Rasa senang pun mulai membayangiku dan aku lewati hari-hari dengan sebuah senyuman orang yang slama ini aku cintai.
Pada hari ini, aku sangat berterima kasih pada Lisa karena memberikan aku kesempatan menikmati seyuman walau tak bisa memilikinya. Disekolah aku coba mencari Lisa dan mengucapkan terima kasih. Dan setelah itu aku chat bersama Febri di Warnet, tiba-tiba aku bertemu dengan Lisa dengan wajah pucat mencoba memanggilku dan seketika itu dia pingsan di hadapanku. Aku mencoba membangunkjannya namun tak bisa dan akhirnya aku menghubugi kakak dan kedua orang tuanya.
Mulai sejak itu Lisa berada di rumah sakit karena mengidap penyakit kanker otak. Aku sich maklum karea akibat dari kehidupan yang berat dia bisa terkena penyakit itu. Kehidupannya hancur ketika mengetahui orang tuanya ingin bercerai. Lisa memulai kehidupannya yang keras mulai dari minum-minuman keras, merokok, membolos dan seks bebas. Tetapi saat itu juga Lisa mulai gam[pang katau sering marah dan berpikir tentang kehidupannya yang rusak.
Setelah dibawa kerumah sakit akhirnya Lisa sadar dan aku dipanggilnya.
“Mbak, aku ingin bicara sama mbak tentan hubunganku dengan Alvin”. Ucapnya padaku.
“Ada apa Lis, kenapa hubungan kalian?” Tanyaku padanya.
“Begini aku ingin mengakhiri hubunganku dengannya, karena aku udah gak layak lagi buat dia dan tolong sampaikan kalau aku minta putus ya mbak?” Ucapnya menjawab pertanyaanku.
“Gak layak? Aneh-aneh aja! Apa gara-gara penyakitmu itu? Cinta itu gak ada penghalangnya Lis, asal kamu tau aja!” Ucapku memarahinya.
“Mbak, tapi aku emang gak sempurna lagi buat Alvin! Tapi aku mohon ma mbak jangan beritahu penyakitku pada Alvin ya?” ucapnya memohon padaku.
“Ya dech kalau kamu memaksa…. Ya apa boleh buat”. Ucapku padanya.
Malamnya aku minta tolong pada Alvin untuk datng kerumahku karena sesuatu hal penting yang ingin aku beritahu padanya dan dia mau. Kita bertemu dibelakang rumahku. Disana aku menceritakan semua tentang Lisa dan penyakitnya. Dan akhirnya Alvin pun menerimanya dan kucoba ajak dia bercanda untuk menghilangkan rasa sedihnya.
Sejak itu aku dan dia sering bertemu dimalam hari. Dan ku juga sering keluar rumah pada malam hari tanpa sepengetahuan orang tuaku. Aku dan dia sangat dekat hingga alhirnya dia menyatakan perasaannya padaku. Dan tanpa berfikir aku langsung menerima perasaanya. Karena aku juga sudah lama suka padanya.
Setelah aku jadian dengannya, hari-hari terasa menyenangkan bersamanya. Aku selalu bersenang-senang dengannya hingga akhirnya Lisa meninggal dunia karena bunuh diri dengan menggoreskan sebilah pisau ketangan sebelah nadinya. Lisa meninggal karena tak kuat menahan rasa sakitnya. Dan Lisa menitipkan delapan surat untukku dan Alvin yang akan diberikan pada waktu tertentu.
Sebulan telah berlalu aku dan Alvin semakin mesra. Hingga akhirnya aku dan Alvin tak bisa menahan kasih sayang kami berdua. Dan terjadilah kejadian terlarang. Kami melakukan hubungan suami istri tanpa sadar. Paginya aku merasa bersalah dan sangat berdosa dan kutemui Alvin untuk menanyakan pertanggung jawaban darinya.
“Alvin, gimana hubungan tadi malam? Apa kamu mau bertanggung jawab atas semua ini, kalau misalnya terjadi apa-apa denganku?” Ucapku padanya.
“Maaf, Khi aku belum siap menerima semua ini karena aku belum kerja.” Ucapnya dengan tenang.
“Hey, tenang banget! Ngmong sich belom taoi nglakuin udah siap! Gimana sich cowok gak bertanggung jawab!” Ucapku tak terima dengan keputusan yang diambil.
“Bukan gak mau Khi, tapi aku itu belom punya kerjaan buat kamu”. Ucapnya.
Sebenarnya aku tau kalau dia hanya alasan saja”.
“Kamu enggak akan bisa membohongi aku Vin…! Aku tau kamu hanya alasan saja”. Ucapku mengancamnya.
“Aku gak bohong yank!” ucapnya meyakinkanku.
“Kalau kamu berbohong atau membohongiku, aku akan mengakhiri hidupku bersama anakmu!” Ucapku mengancamnya kembali.
“jangan yank! Aku mohon!” Ucapnya seraya memohon kepadaku.
Dan aku langsung pergi meninggalkannya untuk pulang. Setelah kejadian itu aku jarang bertemu dengannya. Setelah dua bulan berlalu aku merasa ada yang aneh dalam tubuhku. Dan aku merasakan tidak enak badan. Terasa sakit perutku dan kucoba tanyakan pada temanku.
“Feb, badanku sakit semua dan perutku terasa aneh…. Kira-kira kenapa ya?” Tanyaku.
“Heh, ini anak goblok banget! Ya mana aku tahu emangnya aku dokter apa! Emang kamu habis ngelakuin apa sama Alvin sich?” Tanya dia padaku.
“Tapi, ini rahasia lo Feb!” Ucapku menjawab pertanyaannya.
“Rahasia itu berarti terlarang…. Hah! Apa jangan-jangan kamu sama Alvin udah ML ya?” Ucapnya padaku menebak itu, tapi ini tebakannya benar aku tak bisa mengelak lagi.
“[………]… iya, Feb!! aku sama Alvin udah ngelakuin hal terlarang itu, tapi aku sama dia gak sadar kok, Feb?” Ucapku.
“Khi…. Kamu sadar….! Sekarang kami hamil? Kali enggak percaya kamu beli tespek (alat tes kehamilan)!” Ucapnya padaku.
“Tapi Feb….?” Ucapku, dan febri tetap memaksaku untuk memeriksanya.
“Halah, udah nurut aja kata aku!” Ucapnya padaku.
“Iya dech….!” Keputusanku terakhir.
Dan pulang sekolah aku dan Febri membeli alat itu dan setelah mencobanya ternyata dugaan Febri kalau aku hamil itu benar. Aku positif hamil.
Pada saat itu aku bingung tak tahu lagi apa yang harus aku lakukan. Aku bingung. Dan aku harus minta pertanggung jawaban dari Alvin. Dirumah aku menemui Alvin dan memberitahukannya bahwa aku hamil 2 bulan. Dan ternyata aku tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan. Melainkan sebaliknya dan saat itu juga dia memutuskan hubungannya denganku. Senula aku tak menerima perlakuan darinya namun apa boleh buat akhirnya aku terima dengan hati separuh kecewa.

0 comments:

Post a Comment

TERIMAKASIH ATAS KOMENTARNYA.
Kapan-kapan komentar disini lagi ya?????